"Selamat Datang..."

Selasa, 21 Desember 2010

Dokter Seribu Rupiah

Klinik dokter F.X. Soedanto terletak di Jayapura. Sudah 33 tahun ia mengabdi di sana. Masyarakat mengenalnya sebagai “Dokter Seribu Rupiah” sebab ia hanya mengenakan biaya Rp1.000,00 bagi tiap pasien yang berobat. Soedanto bahkan rela tidak dibayar jika pasien benar-benar tak mampu. Semua ini ia lakukan untuk menolong orang miskin. Apakah dokter lima anak ini bisa hidup nyaman dengan penghasilan sekecil itu? Untuk hidup mewah memang tidak bisa. Ia hidup bersahaja. Kendaraannya hanya sebuah mobil tua. Namun, kepada seorang wartawan ia berkata, ”Semuanya cukup bagi kami.”
Kepuasan hidup tidak ditentukan dari banyak sedikitnya harta. Dalam Mazmur 37, pemazmur membandingkan antara hidup orang fasik dan orang benar. Orang fasik bisa saja punya harta berlimpah (ayat 16) yang diperoleh dengan cara menipu (ayat 21), menindas orang miskin, dan mengalahkan orang jujur (ayat 14). Namun, semua harta itu tak akan mampu membahagiakan hidupnya. Tanpa penyertaan Tuhan, semua yang ia kumpulkan bisa habis dalam sekejap (ayat 20). Sebaliknya, orang benar disertai Tuhan. Harta bendanya mungkin sedikit, tetapi berkat dan pertolongan Tuhan menjaga tiap langkahnya. Dengan demikian, ia bisa mengalami kecukupan. Kenyang pada hari-hari kelaparan, bahkan masih bisa memberi pinjaman!
Jika Anda percaya bahwa masa depan Anda bergantung pada jumlah harta simpanan, Anda bisa menjadi seorang penimbun yang serakah. Ingatlah bahwa faktor penyertaan Tuhan adalah penentu masa depan. Yakinilah itu, Anda akan menjadi seorang benar yang pemurah
KEPUASAN HIDUP TERCAPAI BUKAN KARENA KITA MEMILIKI BANYAK 
MELAINKAN KARENA KITA BISA MEMBERI BANYAK

Penulis: Juswantori Ichwan (renunganharian.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar